Kesempatan kali ini saya
mau sharing tentang fenomena yang terjadi di beberapa social media ketika
sebuah karya desain dihargai dari sebuah software pembuatnya bukan dari esensi
kreativitasnya.
Mungkin
kamu sebagai si pembuat karya yang mati-matian membuat konsep, riset, sketsa, proses
digitalisasi hingga akhirnya menjadi sebuah karya desain. Mendengar komentar
seperti itu seperti nelen biji kedondong. Mau makin ditelen sakit, mau
dikeluarin udah nanggung sakit juga, yahh serba salah kaya pake baju basah
habis kena ujan, dipake dingin gak dipake masa ia gak pake baju. Tapi semua
harus disikapi secara bijak. Tidak mudah memang menyamakan persepsi kita dengan
persepsi orang lain, apalagi dengan banyak orang diluaran sana yang mulai
mengaku desainer hanya dengan modal bisa menggunakan salah satu software desain
tanpa tahudesign thinking, apa kabar brainstorming, apa kabar mind
mapping dan lain sebagainya yang memang harus “berproses”, atau mengaku
kreatif hanya dengan membuat sebuah gambar digital yang persis seperti tutorial
tanpa menggunakan teknik Amati Tiru Modifikasi.
CARA MENJADI KREATIF?
Untuk
jadi kreatif sebenarnya gampang, karena itu sudah ada di dalam diri
masing-masing manusia, mau dia tentara, arsitek, akuntan, desainer bahkan
pengangguran sekalipun yang dibutuhkan adalah pembiasaan. Edward de Bono adalah
salah satu eksponen dalam pemikiran kreatif. De Bono bilang bahwa otak manusia
memiliki satu keunggulan (dan sekaligus kelemahan), yaitu terprogram untuk
membuat pola aktivitas berdasarkan rutinitas kita. Jadi setiap pagi memang
tidak perlu pusing lagi berfikir caranya mandi, caranya memakai jam tangan,
cara ngupil, cara nyisir dan lain sebagainya.
Jika
aktivitas semacam ini harus ditimbang-timbang habislah waktu kita. Nah berfikir
kreatif adalah sebaliknya. Kita melatih otak untuk mencari alternatif terhadap
kebiasaan-kebiasaan tersebut.
APA FUNGSI SOFTWARE?
Bicara
soal apa itu software ini menurut Oxford Dictionaries: “Software is the programs and
routines for a computer or the program material for an electronic device which
make it run.”
Kalau
saya pribadi bilang software itu hanya sebuah perangkat ‘penterjemah’
perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan ke atau
diproses oleh perangkat keras yang diciptakan oleh manusia dengan segala akal
pikirannya untuk memudahkan pekerjaan yang nantinya akan digunakan lagi oleh
manusia itu sendiri “dengan kreativitasnya” jika dalam hal ini adalah software desain
ya untuk menunjang sebuah karya desain yang estetis dan komunikatif.
Jadi
peran utama dalam sebuah karya desain tetap terletak pada kemampuan
kreativitas si pembuat karya/desainer dengan kemampuan menggunakan software
desain sebagai alat penunjangnya.
KONKLUSI
Jika
dalam kasus ini pertarungan antara software dan kreativitas ya memang harus
dilihat konteksnya, kreativitas bisa ko menjadi software asalkan memposisikan
otak sebagai hardwarenya, bagaimana kreativitas diinstal dan
dibiasakan,dan software desain juga bisa mengasah kreativitas, dengan ketekunan
dan rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan eksplorasi dari si pembuat karya.
Jadi semua hal kembali pada diri sendiri. Bahwa untuk membuat sebuah karya ada
pada kemampuan kamu mengolah rasa, mengumpahkan ide kedalam sketsa lalu
diteruskan kedalam sebuah gambar maya. Software itu hanya penunjang, tapi
kreativitas itu mutlak.
Comments